Selasa, 16 Februari 2010

Makanan Sehat Usai Olahraga

share


 
MEMBAKAR lemak dengan berolah raga memang cara yang baik, tapi tidak perlu berlebihan dengan kemudian membatasi untuk tidak makan supaya cepat langsing. Sebab asupan makanan setelah berolahraga merupakan hal yang penting. Makanan ini sangat mempengaruhi pemulihan otot dan energi. Apa kuncinya? Pastikan mengkombinasikan makanan yang mengandung protein dan karbohidrat. Protein akan membantu pemulihan otot dan karbohidrat akan mengisi kembali persediaan energi Anda. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, makanlah dalam waktu 30-60 menit setelah berolahraga, saat otot bisa menerima makanan dengan mudah. Selain itu, pada waktu ini, peningkatan aktivitas enzim akan membuat tubuh lebih efisien dalam menyimpan glukosa sebagai sumber energi dan membangun protein pada otot-otot yang kelelahan. Makanan apa yang paling tepat? Berikut beberapa makanan yang bisa menjadi pilihan Anda.

share

Tujuh Cara Makan Sehat Kurangi Risiko Kanker



Orang-orang, barangkali termasuk Anda, mungkin merasa heran jika ada makanan khusus yang dapat mengurangi risiko mereka mendapatkan penyakit tertentu. Kita semua tahu ada makanan sehat yang bagus untuk jantung, apakah hal yang sama beraku untuk kanker payudara?
Hmmmm, ternyata ada beberapa jenis makanan yang diketahui dapat mengurangi risiko seseorang terkena kanker payudara. Penasaran apa saja? Simak ya!
  1. Pertahankan asupan makanan rendah lemak, tidak melebihi 30 gram lemak per hari. Hal ini akan membantu mempertahankan diet seimbang yang juga membantu menjaga berat badan. Kita menyimpan estrogen di lemak tubuh, jadi lebih sedikit lemak yang kita bawa, lebih baik.
  2. Libatkan brokoli ke dalam menu harian Anda. Kira-kira dalam sehari Anda hanya membutuhkan secangkir brokoli. Tahukah Anda, brokoli mengandung senyawa sulfuraphane yang secara ilmiah terbukti mengurangi risiko kanker.
  3. Jangan lupakan buah dan sayur dalam menu harian. Pilihlah sayuran berwarna hijau dan oranye.
  4. Makanlah tomat yang kaya dengan likopen. Konon likopen juga agen yang berfungsi memerangi kanker.
  5. Makanlah dalam porsi yang sedikit namun sering ketimbang banyak sekaligus. Hal ini membantu saluran cerna Anda dan memperbaiki metabolisme.
  6. Minumlah teh hijau yang kaya antioksidan.
  7. Kudaplah dark chocolate sesekali, karena secara ilmiah terbukti cokelat sebagai agen yang memerangi kanker. Namun ingat jangan cokelat manis, kecuali Anda tidak akan mendapat manfaatnya.

Sabtu, 13 Februari 2010

Obesitas Bisa Diprediksi Lewat Tes Darah

share

Dikutip dari : www.Kompas.Com
Minggu, 14 Februari 2010

KEGEMUKAN atau obesitas adalah problem serius yang mengancam masyarakat modern. Kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi lemak serta gaya hidup tidak aktif (sedentari) kerap dituding sebagai salah satu faktor penyebab utama merebaknya wabah obesitas.





Berdasarkan suatu riset terbaru para ilmuwan AS, risiko kegemukan pada seseorang sebenarnya dapat diprediksi dengan cara menganalisis salah satu kandungan lemak dalam darah.  Hasil penelitian yang dimuat International Journal of Obesity menyatakan, besar kecilnya perubahan kadar trigliserida dalam darah setelah mengonsumsi makanan berlemak dapat mengindikasikan apakah seseorang rentan mengidap obesitas.

Menurut para peneliti, temuan ini dapat membuka jalan bagi para tenaga medis menemukan metode baru mengidentifkasi siapa pun, termasuk anak-anak, akan risiko mengalami kegemukan.

Trigliserida merupakan salah satu jenis lemak yang diangkut dalam darah dan disimpan pada jaringan lemak tubuh.  Lemak ini ditemukan pada jenis-jenis makanab berlemak selain juga dihasilkan tubuh. 

"Penemuan ini menunjukkan bahwa pada suatu hari nanti kita dapat memakai tes darah sederhana guna mengidentifikasi risiko seseorang mengidap obesitas. Kemampuan  mengidentifikasi mereka yang lebih rentan akan membuka peluang dalam mengatasi obesitas dengan menyediakan upaya pencegahan bagi mereka yang sangat membutuhkan," ungkap Mark Friedman, peneliti senior dari Monell Center.

Wanita Gemuk Riskan Terserang Kanker Ovarium

share


Minggu, 14 Februari 2010
Dikutip dari : Http://www.Kompas.com
Wanita Gemuk Riskan Terserang Kanker Ovarium.


PARA wanita perlu menjaga berat badan karena mereka yang memiliki berat badan berlebihan memiliki risiko terserang kanker indung telur (ovarium) lebih tinggi dibanding dengan wanita yang tidak mengalami obesitas (kegemukan).

Kanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua jenis kanker ginekologi. Jenis kanker ini sulit diobati lebih awal karena pada stadium dini biasanya muncul hampir tanpa gejala. Meski demikian ada beberapa gejala yang perlu dicurigai sebagai kanker ovarium.

Pada stadium awal, gejala yang timbul berupa ganguan haid. Tetapi berbeda dengan kanker leher rahim yang bisa dideteksi dengan metode pap smear, maka belum ada cara untuk mendeteksi kanker ovarium.

Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti penyebab kanker ovarium. Meskipun demikian, faktor pemakaian obat secara berlebihan dicurigai dapat memicu munculnya kanker ovarium.

Selain itu, penggunaan obat-obat kesuburan dalam jangka waktu lama juga diduga dapat
meningkatkan risiko serangan penyakit tersebut. Faktor genetika bisa juga menjadi acuan karena sebanyak 10 persen penderitanya ternyata memiliki keluarga yang juga menderita kanker ovarium.

Kini, sebuah studi di Amerika Serikat (AS) mengaitkan kegemukan dengan peningkatan risiko munculnya kanker ovarium.

Studi itu melibatkan lebih dari 94.000 wanita berusia 51 hingga 71 tahun, yang dipantau selama lebih dari tujuh tahun. Hasil studi itu, seperti dikutip Reuters, menunjukkan bahwa wanita yang mengalami obesitas memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk terserang kanker ovarium.

Risiko itu meningkat pada wanita yang tidak pernah melakukan terapi pengganti hormon (HRT) selama masa menopause. Studi yang dilakukan sebelumnya mengaitkan hormon yang digunakan untuk mengurangi risiko kanker ovarium.

Di antara wanita yang tidak pernah melakukan HRT, mereka yang kegemukan memiliki risiko 83 persen lebih tinggi terserang kanker ovairum dibanding wanita dengan berat badan normal.

Penemuan yang dilaporkan dalam jurnal Cancer itu juga menunjukkan bahwa obesitas merupakan salah satu faktor penyebab kanker ovarium yang dapat dikendalikan.

Menurut kepala peneliti dalam studi itu, Dr Michael L Leitzman dari Lembaga Kanker Nasional Amerika Serikat (AS) di Bethesda, Maryland dan Universitas Regensburg di Jerman, hasil. studi itu memberikan satu lagi alasan bagi para wanita untuk menghindari kenaikan berat badan yang tidak sehat.

"Data kami menunjukkan bahwa mempertahankan berat badan yang sehat berkaitan dengan penurunan risiko perkembangan kanker ovarium," kata Leitzmann.

Belum jelas mengapa obesitas memiliki kontribusi terhadap kanker ovarium, tetapi mungkin hal itu berkaitan dengan efek lemak tubuh yang berlebihan terhadap kadar estrogen dalam tubuh seorang wanita, kata Leitzmann dan para mitranya.

Kenyataan bahwa risiko terserang kanker ovarium itu bergantung pada penggunaan HRT mendukung teori ini.

Studi itu juga menemukan kaitan antara obesitas pada usia 18 tahun dan peningkatan risiko terserang kanker ovarium pada usia lebih tua ?- sebuah kaitan yang bahkan lebih kuat dibanding kaitan antara kegemukan pada usia lebih lanjut dan kanker ovarium.

Berat badan pada usia remaja mungkin lebih relevan dengan kanker ovarium dibanding berat badan pada usia lebih lanjut.

Penelitian lain yang di lakukan para ilmuwan di AS juga menunjukkan bahwa perempuan yang mengalami obesitas lebih rentan terkena kanker ovarium ganas.

Obesitas memang meningkatkan risiko perkembangan beberapa jenis kanker, tetapi riset itu mengungkapkan bahwa jaringan lemak berpengaruh terhadap perkembangan tumor.

Menurut hasil penelitian yang dimuat dalam jurnal Cancer itu, sel lemak yang menghasilkan hormon atau protein membuat kanker ovarium berkembang lebih pesat.

Kepala penelitian, Dr Andrew Li mengatakan penelitian itu melibatkan 216 perempuan yang menderita kanker ovarium epithelial, jenis kanker ovarium yang paling banyak ditemui, atau sekitar 90 persen dari seluruh kasus.

Penelitian itu membandingkan 35 perempuan yang mengalami obesitas dengan 108 perempuan yang memiliki berat badan normal untuk melihat perbedaan signifikan dalam kemunculan kanker.

Ternyata, obesitas berpengaruh pada ketahanan tubuh. Mereka yang mengalami obesitas, sel kankernya bisa timbul lagi setelah melakukan pengobatan dan berisiko pada kematian.

Untuk mengenali kanker ovarium, The American Cancer Society mengumumkan hasil konsesus para ahli kanker tentang gejala kanker ovarium. Gejala tersebut antara lain bengkak-bengkak di tubuh, rasa sakit di bagian perut dan panggul,kehilangan napsu makan, sering buang air kecil dan nyeri saat bersenggama.

Sering buang air kecil terjadi jika jika tumor sudah menekan rektum atau kandung kemih. Dapat juga terjadi peregangan atau penekanan di daerah panggul yang menyebabkan nyeri.

Situs rumah sakit Kanker Dharmais menyebutkan pada stadium lanjut gejala yang terjadi berhubungan dengan asites (penimbunan cairan dalam rongga perut) penyebaran ke omentum (lemak perut) dan organ-organ di dalam rongga perut lain seperti usus dan hati. Gejala yang tampak, seperti perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan, gangguan buang air besar dan buang air kecil.
Jika menemukan gejala tersebut, maka penderita harus segera ke dokter untuk pemeriksaan lanjutan guna mendeteksi kista atau pembesaran ovarium.

Pemeriksaan dianjurkan pada wanita yang memiliki faktor risiko tinggi, yakni wanita yang mendapat haid pertama lebih awal dan menopause lebih lambat, tidak pernah atau sulit hamil, ada riwayat kanker ovarium dalam keluarga, serta wanita penderita kanker payudara dan kanker usus.

Penderita kanker ovarium di Indonesia dilaporkan terus meningkat setiap tahun.

Kanker ovarium akan jauh lebih mudah disembuhkan bila keberadaanya diketahui pada tahap awal pertumbuhan.

Hidup Sehat Kita

share

Cara Mengukur Berat Badan Ideal
 
Minggu, 14 Februari 2010 Muara Bungo


ADA banyak cara untuk mendeteksi berat tubuh ideal. Namun, dunia kedokteran di Indonesia mempunyai rujukan sistem pengukuran berat badan ideal, yakni dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT).

Cara menghitungnya juga mudah. IMT diukur dari berat badan dalam satuan kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam satuan meter. Biar mudah, ambil contoh. Sebut saja namanya Malih. Dia memiliki berat badan 75 kilogram. Adapun tinggi badannya hanya 150 sentimeter atau 1,5 meter.

Apakah berat badan Malih sekarang ini sudah ideal? Yuk kita simak hitungan IMT berikut.

Begini perhitungannya: Berat badan Malih 75 kg dibagi dengan 2,25. Angka 2,25 adalah hasil kuadrat dari tinggi badan Malih 1,5 m. Hasilnya 33,33. "Dengan berat 75 kg, Malih berarti telah mengalami obesitas berat," kata Genis Ginanjar Wahyu, dokter Klinik Aqma Purwakarta, Jawa Barat.

Lho kok bisa? Dunia medis rupanya telah menetapkan batasan untuk menandakan kondisi tubuh seseorang. Bila hasil yang diperoleh menunjukkan Angka antara 18,5 hingga 23 berarti berat badan Anda normal atau ideal. Adapun bila hasil menunjukkan angka 23 hingga 25, Anda sudah kegemukan. Angka 25 hingga 27 termasuk obesitas ringan, 27 hingga 30 disebut obesitas sedang, sementara IMT Malah sudah di atas 30. Berarti dia obesitas berat.

Ada juga cara yang lain menentukan seseorang mengalami obesitas atau tidak, yaitu dengan mengukur lingkar pinggang. Lingkar pinggang ini jadi tolak ukur karena seseorang yang mengalami kegemukan pasti diikuti penimbunan lemak di sekitar pinggang. Normalnya, ukuran lingkar pinggang wanita tak boleh lebih dari 80 cm, sedangkan pria tak melebihi 90 cm.

Mengukur obesitas dengan lingkar pinggang juga berguna untuk mengetahui sindrom metabolik, yaitu kemungkinan seseorang mengalami kondisi tertentu. Antara lain, kadar gula dash tinggi, kadar trighserida darah tinggi, hipertensi, dan serangan jantung.

Template by:

Free Blog Templates